1. Coklat Stroberi (2007)
Film komedi
remaja yang sangat berhasil membuat para tokohnya benar-benar hidup
alias tak hanya sekedar skenario film. Tokoh gay sangat ngondek yang
diperankan Mario Merdhitia merupakan representasi dari tipikal gay
sangat feminin dan centil. Di sisi lain pasangan Mario yang diperankan
Nino Fernandes adalah tipikal pemuda yang barangkali biseksual atau gay
yang berusaha lepas dari kebiasaan pertemanan intimnya dengan teman
gaynya. Sialnya, dua tokoh yang diperankan Marsya Timothy dan Nadia
Saphira. pada awalnya menyangka keduanya cowok tulen meski kemudian
kecurigaan mereka bertambah besar. Coklat stroberi berhasil menyajikan
konflik di antara keempat tokohnya.
2. Arisan! (2004)
Drama
satir pemenang Film Terbaik FFI 2004, salah satu karya terbaik Nia
Dinata. Arisan! Lengkap dengan aktor dengan kualitas akting mahakarya,
adalah kisah tiga sahabat yang hidup dengan permasalahan masin-masing.
Sakti menyadari bakat homoseksualnya ketika ia sudah mapan (bekerja),
Andien yang semula perfeksionis dalam menata rumah tangganya mendadak
menjadi brutal ketika sang suami mengaku selingkuh. Dan Mei, seorang
istri yang tak bisa memberikan keturunan.
Tiga tokoh ini
menonjol di saat yang sama. Dan menurut saya karakter yang dimainkan
paling kuat terletak pada Aida Nurmala, yang merupakan debutnya di film
itu. Sementara hal ganjil mengenai homoseksual adalah kasus Sakti yang
baru menyadari bakat dan hubungan sesama jenisnya nyaris ketika ia sudah
sangat dewasa. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi oleh sebab kehidupan
Sakti yang sangat 'anak mama' alias sangat diperhatikan orang tuanya.
Arisan! Menjadi semacam pembaharu dalam perfilman tanah air.
3. Realita Cinta dan Rock and Roll (2005)
Film
terbaik Upi setelah Radit dan Jani. Realita Cinta dan Rock and Roll
tidak hanya memasang aktor berpenampilan cakep atau aktris seseksi
Nadine Chandrawinata. Film seksi dan nakal ini berhasil memaparkan sisi
brutal sekaligus melankolis anak muda. Termasuk saat bumbu homoseksual
dimasukkan ke dalam konflik film. Yakni ketika ayah dari Herjunot Ali
ternyata sudah menjadi seorang transgender. Meski terlihat kaku, namun
penampilan Barry Prima tak hanya pantas dijadikan lelucon nyinyir,
melainkan akting yang cukup cemerlang. Meski dalam realitasnya, agak
tidak memungkinkan seorang pria berotot yang barangkali sewaktu mudanya
rajin olahraga, kemudian saat senja tiba, ia berubah haluan menjadi
waria.Meski begitu, film ini cukup berhasil meski harus selesai dengan
ending yang dipaksakan ala Upi (kecuali dalam radit dan Jani).
4. Kuda Laut (2010)
Film
pendek yang mengangkat kehidupan pasangan gay yang sangat realistis.
Yakni ketika salah satu dari sepasang sesama jenis itu akan menikah
(tentu saja dengan perempuan). Dan si lelaki yang ditinggal kawin merasa
tidak lengkap dalam 'rangka' membahagiakan pasangannya yang akan kawin.
Maka muncullah kalimat sastrawi itu: "Kalau kita menjadi kuda laut. Aku
hanya ingin dihamili. Tidak usah dinikahi".atau "Aku ingin menjadi kuda
laut. Sebab pada mereka, laki-lakilah yang mengandung". Sebuah asosiasi
yang bagus kawan sebab binatang laut itu (kuda laut) akan hamil selama
ia jantan.
Namun apakah ini cenderung berlebihan dengan
penafsiran awam sementara bahwa sang lelaki gay yang berperan sebagai
wanita ingin hamil juga (baca: ingin mengalami pengalaman perempuan).
Hal semacam ini patut dipertanyakan mengingat alasan kawin si lelaki
yang satunya tidak dijelaskan. Apakah untuk menutupi aib ataukah sudah
saatnya bertobat dan punya anak. Namun Kuda Laut berhasil menjadi film
pendek yang sastrawi dengan teknis yang baik untuk ukuran film
independen. Dan, film ini berhasil memaparkan sisi lain dunia
homosksual, bahwa kalangan gay bisa ada dimanapun. Bahkan di
tempat-tempat yang jauh dari hingar bingar kehidupan urban yang serba
sialan.
5. Gay (2008)
Tahukah kalau Hanung Bramantyo
pernah membuat proyek ambisiusnya atas sebuah ketakutannya: kelak jika
ia menjadi ayah dan anaknya lelaki, ia tak ingin anak lelakinya itu jadi
hombreng. Namun sayang, film ini terlihat sangat mengarah dan
'frontal'. Ini adalah kutipan artikel tentang film Gay dari situs:
papario.wordpres.com
Film 'Gay' sendiri sebenarnya bercerita
tentang perjalanan hidup seorang pria yang dahulunya bukan gay. Lukman
Sardi sebagai pemeran utama mengatakan "Ceritanya unik dan menarik. Ini
yang membuat saya tertarik memerankan Samsudin sang Gay". Lanjutnya
"Tokoh ini pada dasarnya bukan gay. Namun dia menjadi gay karena selama
hidupnya setelah menikah dikekang oleh kecemburuan istrinya yang tidak
menentu."
"Bayangkan !" kata Anissa pemeran istri Samsudin "
Jangankan bicara sama perempuan, melirik wanita saja tidak boleh !. Baik
itu dirumah, dijalan bahkan dalam pekerjaan".
"Akhirnya, karena
tokoh ini tidak pernah bergaul dengan wanita, setiap hari bergaul dengan
pria, timbullah hasratnya kepada pria. Apalagi ternyata istrinya tidak
mengerti dan terkadang menolak hasrat suami yang libidonya ternyata
cukup tinggi". Komentar Lukman.
6. Rien: Sang Penjagal
Film
ini barangkali terinspirasi dari si pembunuh asal Jombang, Rian yang
juga seorang homoseksual. Saya belum pernah menonton film ini namun
sudah lihat trillernya. Jadi silakan baca sinopsisnya saja. Hehe:
Ditemukan
seorang korban mutilasi di dalam sebuah koper yang di temukan oleh
seorang pemancing di pinggiran kali. Pelaku mutilasi tersebut bernama
Rein, seorang pemuda yang memiliki masa lalu kelam. Sebenarnya Rein
seorang pemuda yang baik, pendiam, dan tidak banyak tingkah. Dia bekerja
di sebuah perusahaan swasta dan di sukai oleh banyak orang. Rein
tinggal bersama sahabat baiknya yang bernama Steven dan keduanya saling
mencintai. Tetapi masa lalunya yang kelam membuat Rein trauma. Saat Rein
masih sekolah, dia sering dianiaya oleh teman-temannya. Ibunya sendiri
berselingkuh dengan lelaki lain. Bahkan gadis yang dicintai Rein pun
berhianat dan mencintai lelaki lain. Rein kesal melihat penghianatan
yang di lakukan oleh siapa pun. Suatu hari Rein dicari polisi karena dia
dilaporkan oleh seorang anak yang pernah dianiaya oleh Rein. Kini Rein
menjadi buronan polisi. Apakah polisi berhasil menangkap Rein?
Film-film Indonesia dengan gay sebagai tempelan
atau bubuhan, bukan inti cerita:
7. Kala (2007)
Film
kedua Joko Anwar ini memang bukan film gay, namun salah satu
pemerannya, sempat digambarkan gay saat scene itu tersimak: dia habis
melakukan persetubuhan sesama jenis: dua lelaki di ranjang bertelanjang
dada dan salah satunya kembali berpakaian. Kala merupakan film terbaik
yang dimiliki Indonesia. Memenangkan Sinematografi Terbaik dan Tata
Artistik terbaik FFI 2007 (selain penghargaan khusus, Film Berbahasa
Indonesia Terbaik).
8. Banyu Biru (2005)
Film yang
dibintang Tora Sudiro ini adalah film di luar mainstream yang
membingingkan penonton awam. Ternyata tokoh utamanya hanya
berskrizofenia dan semua perjalanan itu tak pernah ada (nyaris seperti
film Pintu Terlarang-nya Joko Anwar). Namun di salah satu scene, tokoh
Banyu pernah berkunjung ke perkampungan waria. Di sana ia bertemu dengan
salah satu transgender yang diperankan Oscar Lawalatta. Di sini Oscar
terlihat sangat natural. Dan Banyu Biru akhirnya memang menjadi film
terbaik karya Tedy Soeriaatmadja setelah Ruma Maida.
9. Quickie Express (2008)
Film
kedua Dimas Jayadiningrat yang penuh selera humor dan thriller komedi
yang berkelas. Menceritakan tiga gigolo yang diperankan Tora Sudiro,
Aming dan Lukman Sardi. Pada salah satu scene, Tora kedapatan akan
melayani seorang yang dipikirnya perempuan. Padalah calon pemakai
jasanya itu adalah waria. Hanya itu. Selebihnya, film yang tidak
didaftarkan FFI ini menceritakan tentang nasib, gigolo, dan keluarga
satir
10. .Gie (2005)
Tak banyak yang ngeh kalau Soe Hoek
Gie bisa diasumsikan gay dari autibiografinya sendiri. Dalam Gie, sebuah
film brilian Riri Riza yang mendapat Film Terbaik FFI 2005, tokoh Gie
tak hanya dipaparkan sebagai aktiis mahasiswa yang kritis dan penggerak,
namun kisah kehidupannya yang misterius. Gie tampak ragu dan tak yakin
ketika berciuman dengan teman perempuannya (diperankan Wulan Guritno),
dan menjelang kematiannya saat hiking, Gie teringat dengan pertemanannya
dengan teman lelakinya di masa kecil: sebuah representasi dari bakat
homoseksual Gie yang masih tertidur.
11. Janji Joni (2005)
Tentu
saja film ini bukan film gay, namun dalam satu scene terdapat nuansa
gay ketika dua gay dalam toilet sedang membahas sebuah film. Keduanya
diperankan Winky Wiryawan dan Tora Sudiro. Dan Janji Joni, adalah film
pertama Joko Anwar dengan teknis yang bagus, begitpun kualitas
pemainnya. Two thumbs up!
12. SMS (Suka Sama Suka) (2009)
Film
dengan skenario bodoh yang dibintangi Rezky Raditya, Teuku Wisnu dan
Laudya Chyntia Bella. Barangkali pembuatnya ingin menyamai kesuksesan
Coklat Stroberi. Namun hasil dari film SMS ini sungguh disayangkan
karena para tokohnya sangan kaku. Terlebih ketika tokoh yang diperankan
Bella bisa-bisanya membongkar kegayan-temannya pada media. Film komedi
ini bercerita tentang dua orang cowok yang sialnya ketemu saat masuk di
taksi yang sama, dan (lebih sialnya lagi) sama-sama pengen nge-kos.
Akhirnya mereka berdua dapat kos di tempat yang enak dan mengaku sebagai
pasangan gay agar diijinkan nge-kos di tempat itu. Sangat Coklat
Stroberi, kan?
Gimana? udah ada yang pernah tonton semuanya belum? kalo belum cepet-cepet diburu dah tuh filmnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Setelah baca jangan lupa komentarnya ya!